Novel etnografi adalah tulisan yang dibuat oleh seorang penulis yang menuliskan tentang "hal lain" yang baik secara goegrafis maupun antropologis berada di luar wilayah si penulis. Jika si penulis juga merupakan orang asli dari wilayah yang ditulis, tulisannya hanya akan menghasilkan warna lokal saja, dan bukan sebuah produk etnografi.
"Mengutip dari Marcus & Fischer, etnografi merupakan tulisan seseorang mengenai the other. Hal ini berarti si penulis bukan salah satu anggota masyarakat dari daerah yang ditulisnya. Jika si penulis adalah native dari daerah tersebut, produk yang dihasilkan hanyalah sebuah warna lokal, bukan produk etnografi," kata sastrawan sekaligus antropolog, Kris Budiman dalam acara Sembari Minum Kopi di Kopi Kopi Sagan, Yogyakarta (10/05).
Karena tulisan etnograf berdasar pada sudut pandang the native yang dibuat oleh orang lain, maka novel etnografi bisa menjadi sebuah kritik budaya yang efektif bagi kebudayaan sendiri.
"Novel etnografi itu bisa menjadi sebuah kritik budaya yang efektif bagi kebudayaan sendiri. Kerena etnografi ini dibuat oleh orang lain dari sudut pandang the native, kata Kris.
Sementara itu, masih sedikitnya karya etnografi yang beredar dalam dunia sastra Indonesia saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ketakutan penulis tentang akankan karyanya nanti dapat dimasukkan ke dalam kategori novel etnografis atau tidak, serta bagaimana menggabungkan antara fiksi dan fakta dalam novel etnografi.
"Menulis etnografi seharusnya tidaklah susah. Contohnya ketika saya pergi ke Paris, saya menulis tentang sejumlah sudut di kota tersebut dari pengamatan serta data dari native, maka terciptalah sebuah produk etnografi," kata Redaktur Sastra Kompas, Putu Fajar Arcana.
Menurut Putu untuk membuat sebuah produk entografi, seorang harus mempunya imajinasi yang tinggi. Hal ini dapat dibantu dengan sering membaca berbagai jenis karya sastra yang ada saat ini. "Imanjinasi adalah kunci seseorang untuk membuat produk etnografi. Membaca karya sastra akan memperkaya imajinasi," katanya.
"Mengutip dari Marcus & Fischer, etnografi merupakan tulisan seseorang mengenai the other. Hal ini berarti si penulis bukan salah satu anggota masyarakat dari daerah yang ditulisnya. Jika si penulis adalah native dari daerah tersebut, produk yang dihasilkan hanyalah sebuah warna lokal, bukan produk etnografi," kata sastrawan sekaligus antropolog, Kris Budiman dalam acara Sembari Minum Kopi di Kopi Kopi Sagan, Yogyakarta (10/05).
Karena tulisan etnograf berdasar pada sudut pandang the native yang dibuat oleh orang lain, maka novel etnografi bisa menjadi sebuah kritik budaya yang efektif bagi kebudayaan sendiri.
"Novel etnografi itu bisa menjadi sebuah kritik budaya yang efektif bagi kebudayaan sendiri. Kerena etnografi ini dibuat oleh orang lain dari sudut pandang the native, kata Kris.
Sementara itu, masih sedikitnya karya etnografi yang beredar dalam dunia sastra Indonesia saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ketakutan penulis tentang akankan karyanya nanti dapat dimasukkan ke dalam kategori novel etnografis atau tidak, serta bagaimana menggabungkan antara fiksi dan fakta dalam novel etnografi.
"Menulis etnografi seharusnya tidaklah susah. Contohnya ketika saya pergi ke Paris, saya menulis tentang sejumlah sudut di kota tersebut dari pengamatan serta data dari native, maka terciptalah sebuah produk etnografi," kata Redaktur Sastra Kompas, Putu Fajar Arcana.
Menurut Putu untuk membuat sebuah produk entografi, seorang harus mempunya imajinasi yang tinggi. Hal ini dapat dibantu dengan sering membaca berbagai jenis karya sastra yang ada saat ini. "Imanjinasi adalah kunci seseorang untuk membuat produk etnografi. Membaca karya sastra akan memperkaya imajinasi," katanya.
No comments:
Post a Comment