Monday 4 April 2011

[liputan media] Jalan-Jalan, Menuliskannya, dan Jadi Buku


liputan tembi.org

JALAN-JALAN, MENULISKANNYA, DAN JADI BUKUKegiatan yang mengasyikkan, pergi jalan-jalan lalu mengisahkannya dalam tulisan, lantas ada penerbit yang tertarik menerbitkannya menjadi buku. Itulah yang dialami Matatita --nama pena Suluh Pratitasari-- dan Citra Dyah Prastuti. Mereka berdua membagi pengalamannya dalam acara obrolan santai Travel Writing Forum yang diselenggarakan oleh Smartraveler & Sembari Minum Kopi di I Cafe, 29 Maret lalu. Tita sudah menerbitkan 3 buku traveling, yakni Tales from the Road (2009), Eurotrip: Safe & Fun (2010) dan UK Trip: Smart & Fun (2011). Sedangkan Citra telah menelurkan buku Cheers UK! (2010). Acara ini mencoba memberikan alternatif atas buku-buku traveling yang hanya berupa panduan. Membuat tulisan perjalanan, kata Citra, bukan sekadar menulis panduan tapi penting untuk menuliskan kesan-kesan kita. Tulisan bisa pula disertai renungan (reflektif).

Bagaimana ceritanya sehingga ada penerbit yang tertarik menerbitkan tulisan mereka? Padahal keduanya tidak menyerahkan proposal atau naskah penerbitan buku ke penerbit. Mereka memilih untuk “dipinang” penerbit. Alasan mereka tidak “meminang” penerbit karena selain menghabiskan waktu, Tita khawatir jika konsep-konsep dalam proposalnya justru diambil dan JALAN-JALAN, MENULISKANNYA, DAN JADI BUKUdikembangkan sendiri oleh penerbit. Agar “dipinang” kedua penulis ini memiliki kiat yang sama yakni membuat blog. Ternyata banyak penerbit yang rajin berburu tulisan di blog-blog. ”Orang mungkin melihat penerbitan buku saya sebagai ’luck’ tapi sebenarnya ini hasil dari strategi saya,” tandas Tita.

Membuat blog banyak untungnya. Yang pasti biayanya murah. Dengan blog, mereka juga dapat mengukur jumlah pengunjung yang berminat terhadap tulisannya sehingga mengetahui apakah tulisan mereka disukai publik atau tidak. Agar disukai, salah satu kiatnya adalah menulislah yang bermanfaat bagi orang lain. Jadi blog bukan sekadar tempat curahan hati.

Selain itu, menurut Citra, penerbit tidak mengenalnya secara personal. Jadi blog merupakan media pengenalan mereka terhadap penerbit. ”Blog sama dengJALAN-JALAN, MENULISKANNYA, DAN JADI BUKUan CV (riwayat hidup) kita,” kata Citra.

Tidak heran kalau Tita dan Citra mempunyai banyak blog, bahkan blog Citra mencapai 18 buah. Mempunyai banyak blog merupakan bagian dari strategi juga. Setiap blog memiliki tema tersendiri, jadi tidak campur aduk. Fungsinya adalah untuk membranding diri (personal branding). Selain blog, Tita juga membranding diri melalui facebook dimana di statusnya ia hanya berbicara tentang traveling.

Menurut Citra dan Tita, semua orang bisa menulis. Yang penting, mulai saja dulu. Bagi yang belum terbiasa menulis, kiatnya adalah menulis seperti kita sedang bercerita atau mengobrol. Citra sendiri rajin membuat catatan harian, yang ternyata penting karena ketika dia absen menulis 1-2 hari maka kesan dan ingatannya tentang peristiwa atau daerah tertentu sudah menguap.

Mengenai cara mengemasnya nanti akan ditemukan sendiri dalam prosesnya. Menulis adalah bagaimana membuat JALAN-JALAN, MENULISKANNYA, DAN JADI BUKUdiri kita outstanding (istimewa). “Tapi jangan terlalu serius, nanti nggak mulai-mulai,” pesan Citra, yang sehari-harinya adalah wartawan Kantor Berita Radio 68H.

Kiat lain adalah mengusahakan agar tulisan tidak konvensional dan tidak seperti brosur. Bisa dikombinasikan dengan kondisi di negara lain, misalnya soal kondisi perkeretaapian. Tita menambahkan perlunya memperkaya literatur karena akan memperkuat data dan membuat tulisan lebih mempunya angle (sudut pandang) yang kaya. Data juga penting dalam memberikan konteks tulisan sehingga ketika menuliskan hal-hal yang negatif tulisan traveling tidak dinilai sebagai tulisan yang menjelek-jelekkan. Tita sendiri, lulusan jurusan antropologi UGM, tertarik pada sisi-sisi seni, sejarah dan antropologi.

Angle, menurut mereka, harus dipilih dengan cermat. Selain angle, kekhasan tulisan bisa dibentuk oleh gaya dan ekspresi. Meskipun dalam bukunya masing-masing, Citra dan Tita mengomentari daerah atau bangunan yang sama tapi tulisan mereka tetap berbeda. Citra kembali menekankan pentingnya kesan (impresi) sebagai faktor penting dalam tulisan traveling.

Yogya adalah kota wisata yang kaya dengan obyek traveling. Klop bagi yang berminat untuk menulisknya. Ada satu fakta menarik yang dilontarkan Citra dan Tita tentang penulisan traveling, yakni sebagian besar buku traveling di Indonesia ternyata ditulis oleh penulis baru. Nah!

barata

1 comment:

Togi Alex said...

Saya nulis di blog karena hobi aja jalan sm nulis. Trus ntar bisa jd memori indah yang gak akan dilupakan. Karena setiap perjalanan pasti berkesan bagi saya.
Kalo ada waktu mampir ke blog saya ya (http://lexmove.blogspot.com/).Tolong dikasi masukan juga. ya Senang aja kl karya-karya bisa lebih bagus tiap hari.
Thx,
Alex